Semangat Kejar Awal Waktu dan Berjamaah

Foto Ipan di Masjid Istiqlal

Oleh: Mujang Kurnia

Eling-eling umat islam
Dimana nguping nu adzan
Allah manggil kanu iman
Allah manggil kanu iman
Dimana diukir-ikur
Kana shalat mah te mikir
Laun-laun jadi kafir
Siksaan munkar wa nakir

Seusai adzan, siapapun yang mengumandangkannya, di musholah Kampung Cengkok Desa Katapang Kecamatan Wanasalam, Lebak - Banten, mushola dimana saya selalu menyempatkan untuk melaksanakan shalat didalamnya ketika sedang pulang kampung, akhir-akhir ini, senantiasa hadir satu atau dua orang paling banyak lima orang anak-anak berusia 5 – 10 tahun untuk menyuarakan shalawatan memanggil warga setempat untuk berjamaah shalat fardhu, terutama pada waktu dzuhur, ashar dan isya, waktu dimana jumlah jamaah hampir selalu nyaris tiada, kalau maghrib alahmdulillah selalu banyak. Lantunan shalawatan beserta isi dari yang mereka sampaikan sungguh begitu mengharukan, menyentuh hati dan perasaan bagi mereka yang mendengarkannya dengan kesungguhan. Namun sayang, shalawatan mereka hanya sebatas shalawatan, tidak ada yang benar-benar mendengarkan dengan hati dan akal pikiran yang benar, terbukti tidak pernah menambah jumlah jamaah untuk hadir pada shalat fardhu diawal waktu.

Jika dibilang miris dengan kondisi ini, sungguh sangat miris, terlebih ketika saya resapi betul kata demi kata dari lantunan shalawatan yang mereka sampaikan, salah satunya yang ini Eling-eling umat islam, dimana nguping nu adzan, Allah manggil kanu iman, Allah manggil kanu iman, dimana diukir-ukur, kana shalat mah te mikir, laun-laun jadi kafir, siksaan munkar wa nakir”. Kurang lebih alih bahasanya begini, “Ingat-ingat wahai umat islam, dimana saja dengar suara adzan, Allah memanggil orang yang beriman, Allah memanggil orang yang beriman, yang sibuk dengan kegiatannya, sedangkan shalat tidak terpikirkan, lambat laun menjadi kufur, yang akan disiksa oleh munkar dan nakir”.

Kenapa saya bilang miris, karena jika memahami apa yang terkandung dari salah satu shalawatan mereka tersebut, sungguh mengerikan (menakutkan, red), membuat saya tertegun, dan merinding, kandungan isinya benar-benar sebuah ajakan sekaligus peringatan. Akan tetapi apa yang terjadi, hampir pada setiap waktu shalat fardhu lima waktu dalam sehari semalam, jumlah jamaah dalam shalat di awal waktu untuk berjamaah nyaris tiada, kecuali memang shalat maghrib. Padahal jika diakhir waktu juga shalat, kenapa tidak sekalian diawal waktu dan berjamaah di mesjid, bukankah keutamaannya sangat besar?

Kejadian ini saya rasa berlaku dimana saja pada masyarakat kebanyakan di negeri ini, kesadaran untuk shalat berjamaah diawal waktu sangat kurang, tidak pantas rasanya terjadi di negeri dengan jumlah muslim mayoritas, terlebih pada daerah-daerah yang kental dengan keislamannya, yang hampir setiap hari terdapat pengajian-pengajiannya. Lalu apa yang disampaikan dalam pengajian-pengajian itu jika semangat untuk bersama-sama berjamaah pada tiap waktu shalat belum tumbuh? Mungkinkah pengajian itu hanya sekedar membacakan kitab-kitab dan mendengarkannya, tidak salah juga memang, karena setiap amal kebaikan memiliki ganjarannya masing-masing.

Dan buat apa pula saya sibuk-sibuk, juga ribut-ribu mengurusi hal ini, toh setiap orang memiliki amal dan ganjarannya masing-masing, bukan tidak mungkin juga masyarakat yang saya nilai tidak begitu antusias untuk mengejar awal waktu shalat untuk berjamaah ternyata memiliki pahala dan ganjaran yang lebih besar dan lebih banyak dari amal lainnya. Meskipun ketika waktu shalat tiba mereka memilih untuk terus melanjutkan mengobrol, melanjutkan pekerjaannya, dan lain sebagainya. Bisa saja Allah lebihkan ganjaranya kepada mereka. Itu adalah rahasia Tuhan.

Tetapi bukan itu pula yang saya maksud, saya hanya terharu dan merasa harus menyampaikan ini. Kendati saya tahu betul yang saya sampaikan ini tidak akan merubah sesuatu apapun, karena saya juga sadar diri, saya bukan ulama, bukan orang berpengaruh yang setiap kata-katanya dipatuhi dan dituruti oleh masyarakat, terlebih ini urusan ibadah, ilmu saya belum sampai rasanya. Pahala saya juga belum banyak, dan bahkan mungkin tidak punya, seperti yang saya sampaikan, justru bisa jadi mereka jauh memiliki banyak pahala kebaikan, meskipun ketika adzan berkumandang tidak juga segera berangkat ke mesjid memenuhi panggilan Tuhan, terlebih lagi jika ketika waktu shalat tiba semua nya pada bergegas menuju mesjid untuk mengejar awal waktu dan shalat berjamaah, semakin lebih banyak lah ganjaran mereka.  

Saya hanya ingin berbagi dan mempertegas tentang betapa pentingnya untuk kita kejar awal waktu shalat dan berjamaah, juga ingin menyampaikan bahwa apa yang dikumandangkan oleh anak-anak kecil pada shalawatan mereka tersebut ada benarnya juga, dan memang benar jika kita renungkan dan pikirkan dengan akal sehat. Karena ini tentang kekokohan, persatuan dan keutuhan umat dalam konteks berjamaah. 

Bukankah umat ini besar dan kokoh serta kuat karena persatuannya, kita ditakuti oleh musuh Allah karena kita bersatu, dan persatuan itu dibangun melalui ikatan hati yang terpatri dalam tauhid kepada Allah, dan pondasi utama persatuan yang telah diletakan oleh Rasul adalah melalui shalat berjamaah. Jika tauhid kita benar, keimanan kita kokoh, akidah kita kuat, maka panggilan utama yang dikejarnya adalah panggilan Tuhan, yaitu panggilan Allah, dalam hal ini Allah memanggil kita untuk mendirikan shalat, dan Rasul memberikan teladan dan perintahnya untuk dilakukan pada awal waktu dan berjamaah jika tidak ada udzur (halangan yang memberatkan), sebagaimana kita ketahui bersama keutamaan shalat diawal waktu dan berjamaah sangatlah besar dan banyak, paling sering kita dengarakan dalam shalawatan juga adalah peroleh ganjaran 27 derajat ketimbang shalat seorang diri. Untuk itu tidak ada alasan bagi kita tidak shalat diwal waktu dan berjamaah jika sudah mengetahui, karena hanya ada dua syarat untuk kita boleh tidak pergi ke mesjid dan tidak berjamaah di mesjid pada wal waktu, yaitu hujan deras dan sakit parah sehingga tubuh tak mampu bergerak, itu pun bukan berarti kita boleh meninggalkan shalat, sama sekali tidak, shalat dalam kondisi apapun wajib untuk terus dikerjakan sepanjang nafas masih bisa berhembus.

Kembali kepada fenomena yang terjadi di kampung saya, dan juga terjadi dikebanyakan daerah di negeri ini, yakni awal waktu shalat dan berjamaah yang sudah tidak begitu diminati, tetapi syukurnya kalau  waktu maghrib saya yakin hampir disemua mesjid dan mushola masih agak banyakan jumlah jamaahnya, karena memang maghrib hampir setiap orang telah benar-benar berhenti dari aktifitasnya, maka jika mesjid atau musholah pada waktu maghrib masih kosong tiada jamaah juga, benar-benar kelewatan dan harus diterapi masyarakatnya.

Dalam shalawatan anak-anak diatas, kita benar-benar diajak sekaligus diberi peringatan, berulang-ulang shalawatan ini dikumandangkan akan tetapi sama sekali tidak memberikan perubahan, karena shalawatan yang dikumandangkan tidak pernah benar-benar didengarkan dan diperhatikan sehingga tidak masuk kedalam hati dan akal pikiran, yang ada shalawatan hanyalah sebatas angin lewat yang  datang dan pergi begitu saja, sebagai selingan dan bumbu penyedap seusai adzan datang.

Seandainya saja setiap shalawatan itu benar-benar diresapi, bahkan bukan shalawatannya saja, melainkan panggilan adzannya juga, mungkin setiap orang akan berbondong-bondong menuju mesjid untuk mengejar awal waktu dan berjamaah. Bukan malah sebaliknya yang terjadi saat ini, ketika adzan berkumandang, ditambah lagi dengan teriakan anak-anak bershalawatan, sama sekali tidak merubah reaksi untuk bersegera pergi kemesjid, padahla kondisinya tengah sehat, tengah bercengkrama, ngobrol dan ada pula yang sambal tiduran menikmati keadaan yang terjadi seakan lupa akan dosa, dan tanpa mengingat bahwa bisa saja kematian akan datang namun sedang dalam kkeadaan berleha-leha.

Maka benarlah rasul pernah mensabdakan bahwa kelak islam hanya akan ada namanya saja, mesjid megah dimana-mana tetapi tiada yang mengisinya, kata Rasul ini adalah pertanda bahwa akhir zaman sudah datang. Bagaimana tidak, kalimat ini begitu jelas, “Ingat-ingat wahai umat islam, dimana saja dengar suara adzan, Allah memanggil orang yang beriman, Allah memanggil orang yang beriman, yang sibuk dengan kegiatannya, sedangkan shalat tidak terpikirkan, lambat laun menjadi kufur, yang akan disiksa oleh munkar dan nakir”.

Kita masih bersyukur di negeri ini masih bisa mendengarkan suara adzan, sebagai tanda panggilan Tuhan, dan panggilan itu sangat jelas ditujukan kepada orang yang beriman, maka ketika kita tidak memenuhinya, naudzubillah, kita perlu rasanya mempertanyakan keimanan kita. Dalam shalawatan diatas, dua kali kita diingatkan bahwa panggilan itu ditujukan kepada orang yang beriman, “Allah manggil kanu iman, Allah manggil kanu iman”.

Rupanya kita lebih senang dan menikmati kesibukan dan kegiatan yang tengah dijalani, sehingga lupa akan shalat bahkan tidak terpikirkan, jika hal ini sampai terjadi dan terus kita biarkan “laun-laun jadi kafir, siksaan munkar wa nakir”, lambat laun kita merasa nyaman dan biasa saja meninggalkan shalat. Awalnya menganggap biasa terhadap awal waktu dan tidak berjamaah dimesjid, dengan alasan masih ada waktu dan bisa shalat sendiri. Setelah shalat sendiri dianggap biasa dan masih bisa dikerjakan, lambat laun lagi shalat sendiri mulai terlewatkan karena kesibukan semakin banyak dan menggudang, yang selanjutnya shalat mulai ditinggalkan. Sedangkan ciri utama sebagai pembeda seorang muslim dengan non muslim adalah mendirikan shalat. Jika muslim sudah tidak mendirikan shalat apalah bedanya dengan non muslim yang dalam shalawatan diatas disebut sebagai kafir yang kelak akan disiksa oleh malaikat neraka munkar dan nakir, naudzubillah.

Untuk itu, yang harus kita lakukan adalah, tanamkan terus semangat mengejar awal waktu dan shalat berjamaah di mesjid atau musholah, ajak dan ingatkan teman-teman kita, berikan teladan kepada adik-adik dan anak-anak kecil yang ada disekitar kita, juga masyarakat sekitar dengan perlahan memberikan pemahaman akan pentingnya untuk kita saling mengutakan, membangun kekokohan, dan kebersamaan dalam kebaikan menuju syurgaNya melalui shalat berjamaah. Karena jika suatu masyarakat shalat berjamaahnya baik dan benar, sudah bisa dipastikan masyarakat tersebut akan berlimpah keberkahan, sebagaimana hal itu pernah terjadi pada masanya Rasulullah dan para sahabat.

Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita semua, memberikan kekutan dan kebaikan serta petunjuk yang lurus dalam segala urusan kita untuk meraih keridhoannya. Aamiin . . . Waallahu ‘alam

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

[Siapapun anda yang telah membaca tulisan ini, pesan saya adalah jika anda punya anak, atau kelak akan punya anak, perhatikanlah shalatnya, jadikan shalat sebagai pendiidikan utama, bukan sekedar shalat saja, tetapi buatlah anak-anak untuk bersemangat mengejar awal waktu shalat dan dilakukannya berjamaah]

1 Komentar

  1. Insya Allah... Maslahnya punya suami jg belum.? Gimana anak.??

    BalasHapus