Jika mengingat masa-masa sekolah,
tingkat SMK bagi saya merupakan masa yang penuh dengan kenangan dan perjuangan,
tidak kalah juga masa ketika MTs dan Sekolah SD, banyak hal yang mengesankan
dalam perjalanannya yang sulit untuk dilupakan, seperti misalkan, ketika di
SMK, selama tiga tahun berturut turut saya selalu menjadi juara satu dan dengan
bangga menggandeng orang tua saya untuk maju keatas panggung untuk menerima
sebuah penghargaan. Sebenarnya kalau saya pikirkan saat ini, ketika keberadaan
saya sudah menemukan teman-teman baru dengan kualitas yang luar biasa, rasanya prestasi
itu tidak seberapa, karena ketika saya keluar dari lingkungan itu, banyak
orang-orang yang justru lebih hebat. Maka pertanyaan sekaligus motivasi besar
saya adalah, benarkah dan akan teruskah saya menjadi sang juara?
Sebenarnya bukan hanya hal itu
yang menurut saya mengesankan selama perjalananan sekolah saya, akan tetapi kemalangan
yang menimpa saya selama bersekolah, baik di SMK maupun di MTs (kalau SD sudah
banyak lupanya). Kemalangan pertama adalah, saya sekolah memang termasuk orang
yang memiliki kemampuan pas-pasan dengan standar prestasi disekolah yang saya
duduki, jadi saya hanya berprestasi ditingkat sekolah seperti di SMK selama
tiga tahun menjadi juara 1 (satu), begitupun ketika di MTs, saya juga termasuk
dalam standar siswa berprestasi dengan selama 3 tahun menjadi juara 2 (dua),
akan tetapi itu hanya ditingkat sekolah yang saya duduki, setelah mencoba
keluar dan menemukan teman-teman baru yang beragam dan datang dari
sekolah-sekolah lain, banyak hal yang belum saya bisa dan peroleh tetapi mereka
sudah mengetahui dan mampu melakukannya.
Kemalang kedua, ini merupakan
kenangan yang paling mengesankan menurut saya, yaitu ketika akan diselenggarakan
Ujian Sekolah, kepala sekolah atau bendahara sekolah selalu memanggil saya
keruangannya untuk diberi surat pemebritahuan untuk disampaikan kepada orang
tua. Ini hampir setiap ujian sekolah berlaku kepada saya bahkan sejak di MTs,
yaitu perihal bayaran. Pernah suatu ketika di SMK saat itu saya juga menjabat sebagai
ketua OSIS, dipanggil oleh kepala sekolah untuk menanyakan perihal bayaran, karena
saya selalu termasuk yang telat dalam membayar, dan tepat pada hari sebelum
pelaksanaan ujian sekolah dilakasanakan, saya memperolah pernyataan yang
menggetarkan, yaitu tidak akan dikutkan Ujian Sekolah sebelum membayarnya.
Dalam pikiran saya adalah,
mungkinkah hanya sampai disini saya bersekolah (ketika itu kelas dua) dan akan
kah seorang ketua OSIS tidak ikut Ujian Sekolah? Diam membisu dan tak mampu
berkata apapu saya di hadapan kepala sekolah. Saya memang termasuk tidak pernah
memberi tahu orang tua saya perihal bayaran sekolah, melainkan membiarkan mereka
mengetahuinya sendiri dari surat yang akan diberikan oleh pihak sekolah ketika
sudah waktunya bayaran. Alasan saya sederhana, saya sekolah adalah karena
keinginan saya dan bukan didorong oleh orang tua, bahkan orang tua sempat
melarang dan tidak mengizinkan saya bersekolah hanya karena pertimbangan biaya,
maka memberi tahu mereka dan minta dibayarkan biaya sekolah bagi saya sedikit tidak
berani, karenanya membiarkan mereka mengetahuinya sendiri adalah cara terbaik
menurut saya ketika itu.
Kembali kepada pernyataaan kepala
sekolah, pada akhirnya saya memohon kepada beliau agar diberikan kesempatan
untuk tetap mengikuti ujian, namun rupanya karena sudah terlalu sering
menunggak, beliau tetap ingin orang tua saya yang datang ke sekolah dan
menjelaskan alasannya. Jadi dengan keadaan demikian, saya adalah satu-satunya
siswa yang ketika akan ujian sekolah, selalu diantar oleh orang tua untuk
mendapatkan kartu ujian. Karena mengingat ujian besok akan dilaksankannya
(yaitu hari senin), sebelum orang tua saya datang menghadap juga membayar
biayanya, pada waktu itu saya memperoleh keringanan dari kepala sekolah, yaitu jika
saya ingin tetap mengikuti Ujian, sepulang sekolah pada hari itu, saya tidak
diperkenankan pulang dahulu, melainkan saya harus membersihkan semua lingkungan
sekolah, merapihkan meja diruang kelas untuk ujian dan boleh pulang setalah
dipersilahkan. Jika tidak dilakukan, sebelum bayaran tidak diperkenankan
mengikuti ujian. Entah sikap kepala sekolah berlebihan atau tidak, bagi saya
ketika itu yang dikatakan beliau adalah benar karena saya harus ikut ujian,
meskipun tidak tahu bagaimana caranya agar tetap bisa.
Bagi saya tidak langsung pulang
seusai sekolah memang sudah biasa karena sering juga ada kegiatan eksrakurikuler
dan kegiatan OSIS, maka tawaran tersebut saya ambil dan lakukan sendirian
dengan tanpa seorang pun teman yang mengetahui. Setelah semua siswa pulang, ketika
itu hari sabtu dan pulang lebih awal untuk persiapan ujian, dengan trik
matahari yang cukup panas dan menyengat, masih dengan seragam sekolah yang
dikenakan, saya langsung melaksanakan tugas pertama yaitu membersihkan
lingkungan sekolah, sebagaimana yang diperintahkan kepala sekolah, bahwa tidak
boleh ada sampah satu pun yang terlihat, maka semua tempat saya sisir sampai
tidak ada lagi sampah. Bersamaan dengan melakukan hal itu, saya berkata dalam
hati, cukup hanya saya saja yang mengalami ini, tidak untuk teman-teman saya,
dan tidak untuk anak-anak saya kelak. Dirasa lingkungan sudah cukup bersih, selanjutnya
saya merapihkan ruangan kelas dan menata meja-meja untuk teman-teman saya ujian,
dengan terus berdoa semoga besok pada pelaksanaan ujian saya juga bisa duduk di
meja yang saya rapihkan ini.
Pada akhirnya tugas selesai saya
laksanakan, meskipun belum seutuhnya rapih, saya berpamit pulang karena hari
sudah sore dan lagi perut terasa lapar sedangkan harus pulang dengan berjalan
kaki kurang lebih sejauh 4 kilometer, ketika itu saya tidak membawa kendaraan.
Saya sangat berterimakasih kepada
kepala sekolah, dengan demikian saya memiliki pengalaman yang mengesankan sekaligus
memacu saya untuk terus meningkatkan prestasi. Dengan tekad yang kuat, saya
tunjukan kepada diri saya dan orang-orang sekitar, bahwa saya tidak akan
mensia-siakan kesempatan itu. Dan dengan penuh rasa bersyukur, saya mampu
membuktikan bahwa saya memang layak bersekolah dan mengikuti Ujian. Makan setelah
itu, tidak ada lagi kejadiannya saya atau orang tua di panggil kesekolah
sebelum ujian. Dikelas 3, masa itu sudah lewat dan tidak terjadi kembali, saya bayar
sekolah sebagiannya peroleh beasiswa, dan juga karena kepala sekolahnya sudah
ganti... hehehe (^_^)
Serang, 2014
0 Komentar